Ketika grup yang kedua diminta berbohong di minggu-minggu tertentu, sebagian mereka mengeluhkan sakit kepala, rasa tak nyaman di tenggorokan, otot tegang, kekhawatiran, dan problem-problem lain pada kesehatan ketimbang kelompok lain.
"Kaitannya cukup jelas. Tidak berbohong memang jelas membantu orang-orang lebih sehat," kata Kelly.
Studi sebelumnya mengungkap, secara rata-rata, masyarakat AS akan berbohong setidaknya 11 kali dalam seminggu, mulai dari berbohong dengan dalih kebaikan, berbohong untuk menyelamatkan muka, hingga memuji orang lain dengan kebohongan untuk tujuan tertentu.
"BERBOHONG BISA MENYEBABKAN STRES BAGI BANYAK ORANG, MENYEBABKAN KECEMASAN, BAHKAN DEPRESI," kata dr BRYAN BRUNO, kepala departemen psikiatri di Lenox Hill Hospital di New York.
Kebohongan tak hanya buruk untuk hubungan, tetapi juga buruk untuk diri Anda sebagai individu. Banyak orang telah melihat dampak merugikan dari berbohong terhadap hubungan, namun tak menyadari akibat lanjutan dari kebohongan itu, bahwa BERBOHONG AKAN MENGAKIBATKAN STRES INTERNAL, jelas Bruno.
Di akhir studinya selama 10 minggu itu, beberapa partisipan telah mendapati cara-cara lebih cerdas untuk menghindari kebohongan.
Kelly melihat, banyak partisipan yang mengungkap prestasi harian dengan cara sederhana ketimbang mengungkapnya secara berlebihan. Ada pula responden yang akan merespon pertanyaan-pertanyaan sulit dengan pertanyaan lain untuk mengalihkan perhatian penanya pertama. Para responden juga berhenti mencari alasan bohong atas keterlambatan atau ketika tidak berhasil menyelesaikan tugas.
"Saya rasa, kebohongan ringan tidak ubahnya kebohongan besar. Tujuan utama penelitian ini bukan harus hidup tanpa bohong sama sekali, tetapi mengurangi kebiasaan berbohong. Apa yang bisa orang lakukan adalah berjanji untuk mengurangi kebohongan," kata Kelly.
Sumber